Banyak orang, baik itu kaum pria maupun wanita, yang mencari solusi untuk menyamarkan kerutan wajah, bahkan mencegahnya sejak jauh hari. Namun banyak dari mereka yang ingin tampil awet muda enggan atau takut melakukannya melalui proses bedah. Karena itulah, cara non bedah menjadi alternatif lain yang bisa dijadikan pilihan. Misalnya botox dan dermal filler yang kini banyak diincar, terutama oleh kaum wanita.
Salah satu daya tarik mau pun indikator kecantikan adalah mata. Namun seiring dengan bertambahnya usia seseorang, kualitas kulit pun akan berubah. Jumlah kolagen (collagen) dan serat elastin dalam tubuh akan berkurang. Begitu pula dengan tingkat asam hialuronat (hyaluronic acid) dalam tubuh sehingga menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit dan peningkatan kekeringan pada kulit.
Hal tersebut juga akan berdampak pada daerah sekitar mata, sehingga timbul cekungan kantung mata serta lingkaran hitam di sekitar mata. Dampaknya, wajah tampak tidak segar dan selalu terlihat lelah. Karena itulah kantung mata menjadi kekhawatiran utama, terutama bagi kaum wanita di awal usia 30-an. Salah satu cara ampuh untuk menghilangkan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan tindakan filler, agar mata kembali tampak cerah dan bersinar.
Selain mata, hidung juga merupakan salah satu pusat dari bagian wajah yang memerlukan perhatian khusus. Agar wajah tampak lebih menarik, tentu hidung yang kurang proporsional memerlukan perbaikan atau koreksi. Namun, koreksi pada hidung memerlukan kehati-hatian dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika dilakukan secara asal – asalan, tentu hasilnya pun tidak akan memuaskan
“Yang perlu diperhatikan dari proses rekonstruksi hidung adalah membuat hidung terlihat proporsional, dan tidak sekadar mancung. Bila hidung proposional, wajah akan terlihat lebih menarik. Bahkan beberapa orang barat yang hidungnya mancung pun ingin merekontruksi hidungnya agar terlihat lebih baik,” ungkap dr. Luciana Hendrawan, pemilik Beautyme Aesthetic Clinic.
Berbeda dengan bedah plastik yang hasilnya terlalu dramatis atau berlebihan, rhinoplasty dengan menggunakan filler memiliki hasil yang terlihat lebih natural, karena bagian hidung hanya dikoreksi agar terlihat proposional dengan wajah. Hal ini penting, mengingat kontur wajah orang Asia, khususnya Indonesia, berbeda dengan orang Barat. Sehingga, melakukan operasi hidung seperti milik orang Barat pun belum tentu cocok.
“Untuk terlihat cantik kita tak butuh hidung seperti milik ‘bule’. Justru rekontruksi hidung harus disesuaikan dengan bentuk wajahnya. Mungkin hanya perlu penambahan sedikit, atau mengecilkan bagian cuping hidung,” lanjutnya,
Menurut dr. Luciana pula, mempertimbangkan kecantikan harus bisa dilihat secara tiga dimensi. Artinya, hasil rekonstruksi harus membuat penampilan pasien jauh lebih menarik dari segala sisi. Proses pengerjaan teknik baru ini menggabungkan antara filler dan botox dengan penggunaan jarum kombinasi pix’l canull (jarum tumpul) dan jarum tajam.
Apa itu Filler?
Filler adalah zat yang disuntikkan ke dalam kulit untuk menggemukkan, mengencangkan, dan menyamarkan garis – garis halus serta keriput akibat penuaan, seperti garis senyum, kantung mata, kerut di leher dan punggung tangan. Selain itu filler juga berguna untuk mengoreksi bagian – bagian wajah yang diinginkan. Misalnya meninggikan hidung menjadi lebih mancung, membuat bibir yang tipis menjadi penuh, dagu yang pendek menjadi lebih panjang.
Dalam memilih produk filler yang akan digunakan, kita pun sebaiknya berhati-hati dan memilih produk yang telah terpercaya, bersertifikat dan telah terbukti hasilnya. Secara lebih lanjut, dr. Luciana mengungkapkan bahwa filler yang ideal tidak akan menimbulkan efek samping, karena berasal dari bahan alami hyaluronic acid, yang nantinya akan hilang dengan sendirinya karena diserap oleh tubuh. Selain itu, filler yang ideal harus memenuhi kriteria aman, tidak menimbulkan reaksi alergi, tidak beracun, tidak menyebabkan peradangan, stabil setelah disuntikkan, dapat diserap oleh tubuh dan dapat memberikan tampilan yang alami / natural.
“Kenyamanan serta keamanan pasien menjadi prioritas utama. Karena itulah saya menggunakan rangkaian produk utama dermal filler Restylane yang memiliki resiko terjadinya alergi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan dermal filler lainnya yang menggunakan kandungan kolagen (collagen) dari kulit sapi. Hasilnya pun langsung terlihat secara alami serta lebih tahan lama. Dan yang menarik, cara ini tidak akan meninggalkan memar di wajah dan tidak sakit sehingga pasien bisa langsung beraktifitas seperti biasa seusai melakukan suntikan filler ini,” ujar dokter yang telah menempuh berbagai pelatihan beauty aesthetic hingga ke Taiwan, Singapura dan Korea ini.
Dermal filler Restylane dipatenkan menggunakan teknologi NASHA™ (Non-Animal Stabilized Hyaluronic Acid), dimana asam hialuronat yang terkandung di dalamnya distabilisasikan dan dimodifikasi secara minimal sehingga memiliki daya biokompabilitas tinggi yang membuat dermal filler Restylane mampu diurai secara alami dalam tubuh.
Bagi pasien pun, menggunakan filler non permanen memiliki banyak kelebihan. Selain aman bagi tubuh dan tidak memiliki efek samping, bagian yang telah direkonstruksi pun dapat diperbaiki kembali apabila pasien masih merasa kurang cocok. Caranya adalah dengan menyuntikkan zat hialuronidase pada bagian tersebut. Jika menggunakan filler permanen, koreksi menjadi sulit karena hanya bisa dilakukan dengan melakukan pembedahan kecil. Karena itulah filler non permanen merupakan salah satu pilihan terbaik dalam rekonstruksi wajah.